Delik sebuah Jarak

veil.NGC6960
5 min readMay 29, 2024

--

sabtu malam yang disebut orang orang ‘hari bersantai’ itu kunikmati dengan selusin lagu milik Dewa 19. ‘Cukup Siti Nurbaya’, ‘Dewi’, ‘Restoe Boemi’ ‘Satu’, ‘Dua Sedjoli’. dan pemberhentian selanjutnya adalah ‘Kangen’ yang setiap liriknya menjamah setiap generasi, kecintaan kawula muda, bahkan anak berpakaian merah putih pun tahu puisi kerinduan milik mereka.

seribu sembilan ratus sembilan puluh dua, saat lagu ini menggema di seluruh media musik nusantara. zaman apa itu? ayah ibu belum terpikiran untuk mencetak kita berdua. aku belum berencana berpikir sebelumnya, bahwa duduk pertemuan kita akan menciptakan beribu ribu mil untuk mewujudkan pertemuan kembali di masa depan. siapa sangka kita hanya akan bertemu melalui pesan suara, panggilan suara, dan tatap muka virtual dengan menggenggam gawai masing masing.

rasa rasanya kita bakal calon plagiator tokoh Plankton dan istrinya dalam kartun kuning itu, yang akan bersenandung gila dengan layar digital yang tingkat kecerahannya kadang seperti posisi matahari 180 derajat belahan bumi, terlalu silau.

rindu yang melewati pulau pulau seukuran sendok teh hingga sebesar centong nasi khitanan jika dilihat dari bidang datar satu banding satu itu. kita adalah sejoli yang saling menyuapi ego dan rasa rindu satu sama lain, dengan tanda tanya besar di kepala, akan sejauh mana romansa ini bergulir.

dan tabrakan itu terjadi.

rabu kali ini bukan rabu biasanya. pesan teks kali ini sudah jarang dari biasanya. dan kamu bukan kamu yang biasanya. aku merasakan itu.

beberapa waktu lalu sebelum rabu bencana ini, kau menghujaniku dengan spam teks rindu dan betapa kalutnya dirimu saat itu dengan rindu milikmu. namun lagi dan lagi, kita yang terhalang jarak ini bisa apa kubilang. aku hanya bisa menenangkanmu dengan beberapa foto selfie terbaru dengan baju warna pastel kesukaanku dan rambut model kunciran kuda, bersama scrunchie soft pink pemberianmu. kamu selalu menyukainya. tidak ada yang aneh saat itu.

matahari yang terlalu menyengat kurasa, membuatku jadi kurang bersemangat utuk hangout dengan beberapa teman lamaku yang juga sangat menyukai band-band lama seperti kita berdua. namun, apa boleh buat. “pokoknya gue yang traktir” seperti uang kaget itu menyiapkanku tanpa sadar sudah berada di dalam mobil Hyundai Creta Prime milik kawan lama yang spesifikasinya tidak sulit untuk perempuan, dengan performa ratingnya 4,7/5. cukup untuk memuat aku, kamu, dan kenangan kita.

tidak ada yang menyangka rabu ceria dan menyala itu akan berubah menjadi gemuruh besar dan kilat yang menari-nari. ya, itu tadi itu untuk kita. duduklah aku bersama mereka pada sebuah kafe yang tidak kecil, dan tidak besar, ia sedang. suasananya membuatku lebih santai. bercengkrama seperti remaja 20an pada biasanya, membahas musik beserta konser, film beserta poster, dan segala rencana untuk menontonnya. menceritakan kisah komedi hingga tragedi, bagaimana dunia ini bekerja, hingga api neraka.

sebenarnya bukan hal yang khusus karena pasti banyak yang punya, hanya saja cukup menyita perhatianku. scrunchie seperti milikku terlihat dalam jarak pandang 500 meter, berada pada mahkota seorang wanita yang rupanya tak nampak jelas, hanya siluet yang sedang berjalan. dia tidak sendirian. ada gandengan tangan disana, dengan siluet yang sangat aku kenal, bersama keluar dari barber shop yang tepat berdampingan dengan kafe saat itu. oh habis potong rambut rupanya. dari sekian banyak tempat…..

kemudian kopi latte yang kunikmati dengan permintaan khusus ‘no sugar’ menjadi lebih pahit dan pekat tiga kali lipat. cheese cake itu menjadi hambar, membuatku berpikir apakah adonannya dibuat sambil setengah tidur. meja yang kita tempati menjadi bengkok dalam netraku, kursi yang kududuki rasanya menjadi tinggi pada satu kakinya. semua menjadi tidak sesuai pada alur, menjadi berantakan. ini api nerakaku.

kamu yang terpercaya, namun tidak sebanding dengan percayaku pada Tuhan. hari itu luntur. menjadi nomor sekian yang entah keberapa dalam urutan paling akhir. aku tidak mau memikirkan bagaimana kamu bisa satu pijakan denganku dalam jalanan yang sama, tanpa kuketahui. aku tidak mau berprasangka baik tentunya. kau di depan mataku jelas, dengan puan yang bukan aku. entah akan kusebut apa kejadian itu dalam tulisan ini, tapi satu yang pasti, aku bukan satu satunya.

memori beberapa hari lalu terpatri dalam benakku. jelas saja, kau begitu merindukanku hari itu. seperti kerasukan dewi Aphrodite, kau penuh cinta. kau mirip orang yang akan mati, yang melakukan 40 kebaikan sebelum meninggalkan dunia. sebelum rabu itu, aku pikir itu normal dan murni perasaanmu. kau menjelma Erebus, Negal, dan Ares setelahnya. kau sekejam itu.

sungguh baik rencana Tuhan, ia membuatmu meninggalkan barang penting, yang memaksamu harus kembali lagi untuk mengambilnya. mencegah pencuri handal di siang hari, yang sangat cerdik melihat peluang. itu keahliannya, tak bisa kusebut profesi.

dan netra kita bertemu.

kau membatu, menatapku lamat lamat, seperti kau yang punya mesin waktu saja. kali ini sungguh benar jika kusebut kau hilang akal. bisa kubayangkan betapa terkejutnya kamu saat itu. entah apa isi kepalamu, yang mungkin sangat dominan dengan mengapa dan bagaimana. tak lupa kutatap jelita disebelahmu, yang tangannya menggenggam kamu erat, seperti kau akan hilang dari peredaran tata surya jika dilepaskan. tidak sopan.

setelah tatapan tidak pentingmu itu, berkali kali panggilan yang kamu pikir aku akan menjawabnya pada dering kesekian. tidak sayang, aku tidak seperti itu. aku bukan aku yang kau temui dua tahun lalu. gadis lembut dan tidak banyak mau, penurut, selalu melibatkanmu dalam setiap proses hidupku. hidupku tidak berputar padamu. ya, kamu telah menjadi ampas bagiku, saat itu juga. mungkin saat kamu baca ini, tidak masuk akal. sayangnya itu terjadi hahaha. entah bagaimana nasib perempuanmu, yang satu lagi. aku tidak peduli.

rasa rasanya tidak puas dengan puluhan panggilan tanpa jawaban, puluhan spam chat melayang layang di layar ponselku. usaha terbesarku adalah membiarkannya centang biru. selamat, kau tak masuk dalam hitunganku lagi. sehat sehat kalian berdua, semoga tidak diabetes melitus.

tak akan kutanya mengapa kau melakukan itu, apa kurangku, dan pertanyaan basi lainnya oleh wanita sambil merengek dihadapan lelakinya. bullshit. kau berani melakukannya, maka bersiaplah untuk badai besar. kau secara sadar dan yakin, yang jika kuhitung, jelas bukan baru saja.

aku tak bisa menggambarkan lagi hubungan jarak jauh ini. mungkin beruntung untuk orang lain, tapi untukku ini nahas. tidak menyesal, aku hanya menyayangkan waktu yang terbuang begitu lama untuk lelaki kardus yang jika boleh dirating, -5 dari 1000.

besok tidak seorang pun yang tahu, bahkan satu menit setelah aku menulis ini. aku akan memutuskan aku tidak akan mati rasa. kapan itu? kubilang akan memutuskan, baca baik baik. aku tidak membencimu, bahkan kuabadikan kamu dalam tulisan ini. bukan sebagai kenangan, tapi sebagai peringatan keras untuk mereka di luar sana yang sedang berada dalam cinta. tenang saja, aku masih menyukai dewa 19 beserta lagunya, aku masih menyukai cokelat panas, pantai dan jingganya, juga hujan dan riuhnya. yang berbeda hanya cinta milikku bukan kepunyaanmu lagi. kuabadikan kamu dalam satu garis panjang yang telah kutemui ujungnya.

--

--

No responses yet