bagian tiga; Saturnus
kusuguhkan dalam tulisan ini, jajaran benda langit yang memukau. kujadikan salah satu diantara mereka favoritku.
bukan, ini bukan gemintang yang jelita.
ini bukan satelit penting sebuah planet bersama gravitasinya. bukan sebuah batu besar yang jatuh ke bumi mengantarkan harapan harapan manusia.
bukan pula si paling besar dalam rotasinya untuk sebuah ukuran tata surya.
melainkan sebuah planet yang dingin, jauh disana, dan tak tersentuh makhluk bumi
jatuhlah aku di dalam kamu, Saturnus, yang akan kujadikan satu.
kata siapa venus tidak indah? predikatnya terlalu besar, sebuah planet perempuan yang sudah pasti cantik.
tapi yang lebih menarik lensaku ialah dia si raksasa gas, bercincin besar yang ukuran tubuhnya berkali kali lipat dari bumi. planet yang kecantikannya mutlak tanpa bersaing.
Sang Dewa Waktu untuk bangsa Romawi, dipercaya untuk era keemasan mereka. simbol kedamaian dan kekayaan untuk bangsa itu. mengagumkan.
belum kusebutkan saja, aku sudah sumringah. seperti kamu yang bersantai di pikiran, tapi gamblang dalam netraku. baguslah, aku tidak membuang energi untuk berbicara. kau terpancar sebagai alasan kenapa aku masih mencinta.
kusebutkan ia planet paling ringan itu Saturnus. benda langit dengan bongkahan es dan batu yang memutarinya. jika ia adalah salah satu yang terbesar, maka cincin cantiknya itu jauh lebih besar.
ajaibnya, ia punya tata surya mini. ingin kubawa kamu didalamnya. kita akan bermain disana tanpa khawatir pulang. tak risau dengan panggilan telepon orang rumah yang cukup membuat panik.
tapi itu mustahil, kita bukan penghirup hidrogen dan helium sudah pasti. bukan pula Romeo Juliet yang kisah cintanya sudah lulus uji layak sehidup semati.
menurutku, Tuhan sedang dalam suasana hati riang gembira saat menciptakan kamu, maksudku Saturnus. semoga kamu tidak membaca bagian tadi, karena aku akan malu setelahnya.
aku tak akan mau meromantisasi sesuatu yang bukan bagianku. maka demikianlah puisi ini takkan bermakna jika bukan kamu objeknya, jelas itu. tersenyum saja jika membaca bagian ini, dimaklumi.
kemudian kusampaikan kesukaanku dengan Saturnus, sebagaimana kutambahkan kamu dalam keindahannya. tidakkah itu membuatku pusing? kamu menjadi bentuk sebuah takjub dengan peringkat tertinggi.
kusatukan kalian dalam cintaku yang tanpa penghabisan, yang akan terus berotasi, akan terus memukauku dengan cincinmu, berputar seperti angka delapan horizontal, dengan kita adalah bintangnya.
namun, Saturnus dan cincinnya tak lagi sama. bukan lagi objek yang utuh. serpihan cincin itu luruh, menghilang sebentar, kemudian kembali kepada pemilik cintanya.
tetap saja kamu dan benda langit itu kecintaanku, selalu dan senantiasa begitu.